Fiksi Adalah Cerita

Fiksi Adalah Cerita

Bagaimana Caranya Memilih Sudut Pandang?

Ingin menulis ceritamu sendiri? maka saatnya kamu mulai memikirkan sudut pandang mana yang akan kamu hadirkan ke dalam ceritamu nantinya. Bagi para pemula, mungkin menentukan sudut pandang adalah hal yang sedikit rumit dan membingungkan.

Oleh karena itu kamu bisa menggunakan sudut pandang orang pertama (POV 1) untuk menceritakan kisahmu. POV 1 ini termasuk mudah diterapkan dan juga efektif untuk menarik pembaca masuk ke dalam sebuah cerita.

Sebab dalam penuturannya kamu dalam menjelaskan detail apa yang dirasakan, dilihat dan dipikirkan si tokoh utama, serta kamu tidak perlu susah payah mengamati sudut pandang orang lain karena cukup menggunakan sudut pandangmu saja.

Apabila dirasa sudah semakin mahir menuliskan cerita, maka kamu dapat mulai mencoba menggunakan POV 3 untuk memberikan pemaparan yang jauh lebih detail mengenai karakter atau tokoh lain dalam keseluruhan cerita.

Akan tetapi dibandingkan POV 1 yang dapat dengan mudah mengajak pembaca terjun dalam kisah, POV 3 ini cenderung membutuhkan usaha lebih banyak untuk mampu membuat pembaca begitu menghayati cerita layaknya penulis. Sebab, adanya banyak karakter yang memecahkan fokus pembaca.

Namun hal ini tidak menutup kemungkinan novel-novel dengan POV 3 untuk tetap menarik dan banyak digemari. Sebut saja beberapa contoh novel menarik karya Tere Liye dalam seri Bumi, Bulan, dan lainnya menggunakan POV 3 namun tetap mampu mengajak pembacanya jatuh kedalam dunia fantasi khas Tere Liye.

Sudut Pandang Orang Kedua (POV 2)

Jika pada POV 1 penulis banyak terlibat dalam cerita dengan menggunakan ‘aku’ maka sebaliknya pada POV 2. Sudut pandang orang kedua menggunakan ’kamu” sebagai peran utamanya, sehingga sangat jarang sebuah cerita menggunakan POV 2 ini, akan tetapi beberapa karya seperti pada artikel akan sering menggunakan POV 2 dengan kamu, anda, atau bahkan lo.

Contoh cerita dengan sudut pandang orang kedua memang tidak banyak, apalagi pada novel-novel Indonesia. Beberapa novel seperti  milik Lorrie Moore dengan bukunya How to Become a Writer dan Camping Out karya Ernest Hemingway masih menggunakan POV 2. Contoh lain cerita dengan POV 2 adalah seperti berikut.

Matahari mulai menyingsing terik memanggil-manggi udara panas yang kian berhembus. Kamu melihat jam tangan menunjukan pukul sebelas siang dan kini kamu bahkan belum sampai setengah perjalanan menuju Central Park. Masih ada banyak blok lagi yang harus ditempuh dengan kendaraan usang milikmu yang nampak sudah tak sanggup jalan lagi. Betapa hari yang panjang dan menyebalkan! Ujarmu.

Beberapa artikel yang membahas tentang tutorial melakukan sesuatu akan cenderung menggunakan sudut pandang orang kedua.

Tinggal di negara yang maju layaknya negara-negara di Eropa sana memang tampak menyenangkan dan bahkan menjadi keinginan bagi beberapa orang, baik untuk menempuh karir maupun untuk menempuh pendidikan. Apakah kamu salah satunya? Jika kamu tertarik melanjutkan karir, studi bahkan menetap di luar negeri maka kamu mungkin akan memerlukan tips-tips bagaimana cara yang tepat untuk merantau ke negara orang dengan minim budget. Berikut tipsnya untuk kamu!

Dari contoh artikel diatas dapat disimpulkan penggunaan sudut pandang orang kedua yaitu ‘kamu’ akan terasa jauh lebih baik dalam artikel dari pada dalam cerita yang terasa kaku. Kata ganti ‘kamu’ yang mana adalah pembaca itu sendiri akan seolah membuat sang penulis berkomunikasi dengan pembacanya, sehingga akan terasa lebih nyata jika diterapkan untuk karya seperti artikel, pidato dan lainnya.

Jenis POV Dalam Cerita Fiksi

Jika menilik dari segi karya sastra seperti novel dan cerita lainnya POV dibedakan menjadi 3 jenis. Penentuan point of view dalam sebuah karya merupakan sepenuhnya atas kemauan sang penulis.

Apa itu POV? Arti POV

Pernah dengar istilah POV? Jika kamu masih ingat pelajaran bahasa indonesia atau kamu sering menonton film maka kamu pasti tidak asing dengan istilah point of view atau sudut pandang.

Secara bahasa point of view memiliki makna sudut pandang, yang biasanya menjadi sudut pandang seorang penulis terhadap tulisan atau karyanya. Hal ini dilakukan dengan harapan supaya audiencenya memahami maksud dan rasa sama seperti sang penulis atau kreator karya tersebut.

POV dalam media sosial memiliki arti sudut pandang dari sisi kreator melalui video maupun foto yang diunggahnya. Menilik dari penggunaannya di media sosial, pada umumnya pemilik konten ingin memposisikan para audience dalam posisi si pemilik konten.

Contohnya, pada sebuah postingan video menunjukan situasi konser dengan si pemilik video dan pacarnya. Lalu sang kreator video tersebut menuliskan caption POV: Ketika semuanya baik-baik saja.

Dari situasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa maksud kreator menuliskan POV adalah supaya para audiencenya merasakan masa-masa ketika sebelum pandemi dan masih dapat menonton konser dengan leluasa. Selain itu jika diketahui si kreator ini sudah tidak berpacaran maka ada kemungkinan POV yang dimaksud adalah ketika dia belum putus dari pacarnya.

Istilah yang mulai viral dari Tiktok ini pun kini juga sering ditemui dalam caption di media sosial manapun. Tentu istilah POV ini bukan hal baru lagi, bahkan Ariana Grande sang penyanyi kenamaan dari Amerika pun membuat lagu dengan judul yang sama dan mengisahkan mengenai mencintai diri sendiri dari sudut pandang orang lain.

Dalam sebuah karya sastra POV sendiri memiliki beberapa jenis yang berbeda tergantung cara penggambarannya sesuai yang diinginkan sang penulis.

Sudut Pandang Orang Pertama (POV 1)

Sudut pandang orang pertama (POV 1) merujuk pada sudut pandang narator dalam sebuah cerita yang menggunakan kata ganti 'saya' atau 'aku' untuk merujuk pada diri sendiri sebagai peran utama. Dengan POV 1, pembaca akan mendapatkan insight yang lebih dalam tentang pemikiran, perasaan, dan pengalaman langsung dari tokoh utama cerita.

Contoh-contoh karya yang menggunakan POV 1 antara lain adalah novel "The Catcher in the Rye" karya J.D. Salinger, di mana naratornya, Holden Caulfield, mengisahkan kisahnya dengan menggunakan kata ganti 'aku' dalam menunjukkan pengalaman hidupnya. Selain itu, novel "To Kill a Mockingbird" karya Harper Lee juga menggunakan sudut pandang orang pertama untuk menggambarkan pengalaman Scout Finch dalam menjelajahi dunianya.

Dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, karya sastra dapat memberikan pengalaman mendalam kepada pembaca tentang perasaan dan pemikiran tokoh utamanya. Sudut pandang ini juga dapat membantu pembaca untuk lebih terhubung dengan emosi dan pengalaman karakter dalam cerita.

Sudah Tahu Apa Itu POV?

Kini kamu sudah semakin mengenal tentang POV baik dalam cerita fiksi maupun sebagai ungkapan media sosial. Untuk semakin memahami gaya penulisan sudut pandang dalam cerita, maka cara satu-satunya adalah membaca buku atau novel. Dari sana kamu dapat merasakan perbedaan novel yang menggunakan sudut pandang orang pertama juga yang menggunakan sudut pandang orang ketiga. Dalam novel berbahasa inggris juga kerap menggunakan POV 1 dan POV 3 untuk menuturkan ceritanya.

Apabila kamu tertarik membaca novel atau buku-buku dalam bahasa inggris, atau bahkan tertarik dengan bahasanya kamu bisa mendapatkan rekomendasi novel serta buku pembelajaran bahasa inggris di Gramedia!

Atau ingin menjadi penulis seperti Tere Liye, Dee Lestari, Ika Natassia. Kamu bisa mendapatkan jajaran novel-novel menarik dengan sudut pandang unik! berikut rekomendasinya untuk kamu!

Apa itu POV? Arti POV

Pernah dengar istilah POV? Jika kamu masih ingat pelajaran bahasa indonesia atau kamu sering menonton film maka kamu pasti tidak asing dengan istilah point of view atau sudut pandang.

Secara bahasa point of view memiliki makna sudut pandang, yang biasanya menjadi sudut pandang seorang penulis terhadap tulisan atau karyanya. Hal ini dilakukan dengan harapan supaya audiencenya memahami maksud dan rasa sama seperti sang penulis atau kreator karya tersebut.

POV dalam media sosial memiliki arti sudut pandang dari sisi kreator melalui video maupun foto yang diunggahnya. Menilik dari penggunaannya di media sosial, pada umumnya pemilik konten ingin memposisikan para audience dalam posisi si pemilik konten.

Contohnya, pada sebuah postingan video menunjukan situasi konser dengan si pemilik video dan pacarnya. Lalu sang kreator video tersebut menuliskan caption POV: Ketika semuanya baik-baik saja.

Dari situasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa maksud kreator menuliskan POV adalah supaya para audiencenya merasakan masa-masa ketika sebelum pandemi dan masih dapat menonton konser dengan leluasa. Selain itu jika diketahui si kreator ini sudah tidak berpacaran maka ada kemungkinan POV yang dimaksud adalah ketika dia belum putus dari pacarnya.

Istilah yang mulai viral dari Tiktok ini pun kini juga sering ditemui dalam caption di media sosial manapun. Tentu istilah POV ini bukan hal baru lagi, bahkan Ariana Grande sang penyanyi kenamaan dari Amerika pun membuat lagu dengan judul yang sama dan mengisahkan mengenai mencintai diri sendiri dari sudut pandang orang lain.

Dalam sebuah karya sastra POV sendiri memiliki beberapa jenis yang berbeda tergantung cara penggambarannya sesuai yang diinginkan sang penulis.

Sudut Pandang Orang Kedua (POV 2)

Jika pada POV 1 penulis banyak terlibat dalam cerita dengan menggunakan ‘aku’ maka sebaliknya pada POV 2. Sudut pandang orang kedua menggunakan ’kamu” sebagai peran utamanya, sehingga sangat jarang sebuah cerita menggunakan POV 2 ini, akan tetapi beberapa karya seperti pada artikel akan sering menggunakan POV 2 dengan kamu, anda, atau bahkan lo.

Contoh cerita dengan sudut pandang orang kedua memang tidak banyak, apalagi pada novel-novel Indonesia. Beberapa novel seperti  milik Lorrie Moore dengan bukunya How to Become a Writer dan Camping Out karya Ernest Hemingway masih menggunakan POV 2. Contoh lain cerita dengan POV 2 adalah seperti berikut.

Matahari mulai menyingsing terik memanggil-manggi udara panas yang kian berhembus. Kamu melihat jam tangan menunjukan pukul sebelas siang dan kini kamu bahkan belum sampai setengah perjalanan menuju Central Park. Masih ada banyak blok lagi yang harus ditempuh dengan kendaraan usang milikmu yang nampak sudah tak sanggup jalan lagi. Betapa hari yang panjang dan menyebalkan! Ujarmu.

Beberapa artikel yang membahas tentang tutorial melakukan sesuatu akan cenderung menggunakan sudut pandang orang kedua.

Tinggal di negara yang maju layaknya negara-negara di Eropa sana memang tampak menyenangkan dan bahkan menjadi keinginan bagi beberapa orang, baik untuk menempuh karir maupun untuk menempuh pendidikan. Apakah kamu salah satunya? Jika kamu tertarik melanjutkan karir, studi bahkan menetap di luar negeri maka kamu mungkin akan memerlukan tips-tips bagaimana cara yang tepat untuk merantau ke negara orang dengan minim budget. Berikut tipsnya untuk kamu!

Dari contoh artikel diatas dapat disimpulkan penggunaan sudut pandang orang kedua yaitu ‘kamu’ akan terasa jauh lebih baik dalam artikel dari pada dalam cerita yang terasa kaku. Kata ganti ‘kamu’ yang mana adalah pembaca itu sendiri akan seolah membuat sang penulis berkomunikasi dengan pembacanya, sehingga akan terasa lebih nyata jika diterapkan untuk karya seperti artikel, pidato dan lainnya.

Jenis POV Dalam Cerita Fiksi

Jika menilik dari segi karya sastra seperti novel dan cerita lainnya POV dibedakan menjadi 3 jenis. Penentuan point of view dalam sebuah karya merupakan sepenuhnya atas kemauan sang penulis.

Sudut Pandang Orang Kedua (POV 2)

Jika pada POV 1 penulis banyak terlibat dalam cerita dengan menggunakan ‘aku’ maka sebaliknya pada POV 2. Sudut pandang orang kedua menggunakan ’kamu” sebagai peran utamanya, sehingga sangat jarang sebuah cerita menggunakan POV 2 ini, akan tetapi beberapa karya seperti pada artikel akan sering menggunakan POV 2 dengan kamu, anda, atau bahkan lo.

Contoh cerita dengan sudut pandang orang kedua memang tidak banyak, apalagi pada novel-novel Indonesia. Beberapa novel seperti  milik Lorrie Moore dengan bukunya How to Become a Writer dan Camping Out karya Ernest Hemingway masih menggunakan POV 2. Contoh lain cerita dengan POV 2 adalah seperti berikut.

Matahari mulai menyingsing terik memanggil-manggi udara panas yang kian berhembus. Kamu melihat jam tangan menunjukan pukul sebelas siang dan kini kamu bahkan belum sampai setengah perjalanan menuju Central Park. Masih ada banyak blok lagi yang harus ditempuh dengan kendaraan usang milikmu yang nampak sudah tak sanggup jalan lagi. Betapa hari yang panjang dan menyebalkan! Ujarmu.

Beberapa artikel yang membahas tentang tutorial melakukan sesuatu akan cenderung menggunakan sudut pandang orang kedua.

Tinggal di negara yang maju layaknya negara-negara di Eropa sana memang tampak menyenangkan dan bahkan menjadi keinginan bagi beberapa orang, baik untuk menempuh karir maupun untuk menempuh pendidikan. Apakah kamu salah satunya? Jika kamu tertarik melanjutkan karir, studi bahkan menetap di luar negeri maka kamu mungkin akan memerlukan tips-tips bagaimana cara yang tepat untuk merantau ke negara orang dengan minim budget. Berikut tipsnya untuk kamu!

Dari contoh artikel diatas dapat disimpulkan penggunaan sudut pandang orang kedua yaitu ‘kamu’ akan terasa jauh lebih baik dalam artikel dari pada dalam cerita yang terasa kaku. Kata ganti ‘kamu’ yang mana adalah pembaca itu sendiri akan seolah membuat sang penulis berkomunikasi dengan pembacanya, sehingga akan terasa lebih nyata jika diterapkan untuk karya seperti artikel, pidato dan lainnya.